BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha
untuk mencapai tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang
agar tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset)
tertentu guna memperlancar kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.
Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi
perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah
satu komponen dalam neraca, sehingga
ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran
penilaiannya dalam laporan keuangan.
Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat
disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009).
Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari
satu tahun, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam
jangka waktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang diberikan aktiva tetap
umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya secara terus menerus, dan
menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan
mengalami penyusutan (kecuali tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun
kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara
fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan yang berlebihan
dan secara fungsional, disebabkan oleh
ketidakcukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan
teknologi). Sehingga penurunan kemampuan aktiva tetap tersebut dapat
dialokasikan sebagai biaya.
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah
penting, karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang
berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang
dilaporkan setiap periode akuntansi. Selain
itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1. Apa yang dimaksud dengan depresiasi?
2. Bagaimana klasifikasi aktiva tetap?
3. Bagaimana cara penentuan harga perolehan aktiva tetap?
4. Bagaimana
konsep depresiasi ?
5. Apa saja
pengeluaran selama masa pemakaian aktiva
?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Menjelaskan pengertian depresiasi,
2.
Mengetahui klasifikasi aktiva tetap,
3.
Menjelaskan cara penentuan harga
peroleh aktiva tetap,
4.
Menjelaskan konsep depresiasi,
5.
Mengetahui pengeluaran selama masa
pemakaian aktiva tetap.
1.4 Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Depresiasi
Definisi depresiasi menurut Smith & Skousen (1997 :
491) adalah sebagai berikut :
“ Pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik
dan rasional selama masa manfaat dari aktiva bersangkutan.”
Adapun definisi lain depresiasi yang dikemukakan Cashin
& Feldman (1997 : 201) adalah sebagai berikut :
“ Suatu proses alokasi biaya, bukan penilaian atas aktiva. Dengan sasaran aktiva yang berwujud seperti
pabrik dan alat-alat, biaya penyusutan merupakan suatu penurunan dalam potensi
pelayanan dari aktiva yang bersangkutan sepanjang umur kegunaannya.”
Menurut definisi di atas jumlah total yang dibebankan
terhadap pendapatan ditetapkan dengan nilai perolehan terlebih dahulu dikurangi
estimasi nilai sisa yang dimanfaatkan atau nilai residu.
2.2
Klasifikasi Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang
berperan penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aktiva tetap biasanya
menyangkut jumlah dana yang sangat besar
dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aktiva tetap adalah yang terbesar
dibandingkan jenis aktiva lainnya.
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001: 154) aktiva
tetap adalah :
“Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan
untuk beroperasi dan memiliki masa manfaat di masa yang akan datang lebih dari
satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual.”
Adapun definisi lain yang dikemukakan Horngren &
Harison (1997: 502) adalah :
“Aktiva yang dapat digunakan dalam jangka yang lama dan
bentuk fisiknya memberikan kegunaan dari aktiva tersebut.”
Dari definisi aktiva tetap di atas dinyatakan bahwa
aktiva tetap tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
digunakan dalam bentuk operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan
normal perusahaan. Aktiva tetap
mempunyai usia yang terbatas kecuali tanah, dan aktiva tetap bersifat non
moneter dalam artian masa manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan
jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.
Aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan
digolongkan kedalam dua kategori yaitu aktiva berwujud dan aktiva tidak
bewujud. Penggolongan semacam ini dikemukakan oleh Smith & Skousen (1997 :
387), adalah sebagai berikut :
1. Aktiva tetap yang berwujud (tangible fixed assets)
Merupakan harta berwujud yang bersifat jangka panjang
dalam aktivitas operasi perusahaan, di dalamnya
meliputi; tanah, bangunan, perabot, mesin-mesin, dan peralatan lain yang
digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa.
2. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets)
Tidak dapat dibservasi atau dilihat secara langsung, di dalamnya
berbentuk persetujuan, kontrak, atau
paten, tetapi harta itu sendiri tidak
memiliki eksistensi fisik. Harta tak
berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, goodwill, dan perjanjian monopoli.
Jenis aktiva tetap di setiap perusahaan berbeda-beda, hal
ini disebabkan karena perbedaan jenis kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Secara umum, menurut Kieso, dkk (2004) penggolongan aktiva tetap
didasarkan pada beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Dari sudut pandang substansinya, terdiri dari:
a.
Aktiva
Berwujud (Tangible Assets), merupakan harta berwujud yang bersifat jangka
panjang dalam aktivitas operasi perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan
atau memudahkan penjualan barang dan jasa. Misalnya: lahan, gedung, mesin, dan
lain- lain.
b.
Aktiva
Tak Berwujud (Intangible Assets) merupakan aktiva tetap yang secara fisik sulit
untuk diidentifikasi. Tidak dapat
dilihat secara langsung, di dalamnya berbentuk persetujuan, kontrak,
atau paten, tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik . Misalnya:
Hak Cipta (Copy Right), Hak Merek (Trade Mark), Paten (Patent).
2. Dari sudut pandang penyusutannya, terdiri dari:
a.
Aktiva
Tetap yang Disusutkan (Depreciated Plant Asset)
Misalnya: gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain.
b.
Aktiva
Tetap yang Tidak Disusutkan (Undepreciated Plant Asset).
Misalnya: Tanah
3. Dari sudut pandang umurnya, terdiri dari:
a. Aktiva tetap
berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Misalnya: tanah,
bangunan pabrik, gudang, dan kantor.
b. Aktiva tetap
berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas dan dapat diganti dengan
aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir. Misalnya: mesin, perlengkapan pabrik,
kendaraan, dan lain-lain.
c. Aktiva berwujud
yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva
sejenis apabila masa kegunaannya sudah habis, seperti hasil tambang atau biasa
disebut aktiva sumber alam.
Sedangkan jenis-jenis aktiva tetap menurut Suharli (2006;
265), terdiri dari:
a. Lahan, yaitu
bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih
kosong. Dalam
akuntansi, apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya, maka pencatatan antara bangunan dan lahan
harus dipisahkan. Khusus untuk bangunan
yang dianggap sebagai bagian dari lahan atau konstruksi yang dapat meningkatkan
nilai lahan itu sendiri, Maka pencatatannya dapat digabungkan dengan nilai
lahan.
b.
Gedung, adalah bangunan yang berdiri di atas lahan baik yang berdiri di atas
tanah maupun di atas air. Tidak seperti tanah yang tidak pernah disusutkan,
maka gedung mengalami penyusutan dari tahun ke tahun sehingga nilainya akan
berkurang tiap periodenya.
c.
Mesin, yaitu alat mekanis yang dikuasai perusahaan dalam kegiatannya baik untuk
dagang maupun jasa. Pencatatannya dilakukan dengan menambahkan nilai dari
peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin itu.
d.
Kendaraan, merupakan sarana angkutan yang dimiliki perusahaan untuk mendukung
kegiatan operasionalnya. Misalnya,
truk, mobil dinas, kendaraan roda dua, serta jenis kendaraan lain yang dapat
digunakan sebagai sarana transportasi.
e. Inventaris, perlengkapan yang melengkapi isi kantor
misalnya. Termasuk perlengkapan pabrik, kantor,
ataupun alat-alat besar yang digunakan
dalam perusahaan. Contoh: inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris
laboratorium, serta inventaris gudang.
2.3 Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap
Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang
diperlukan untuk mendapatkan aktiva dan pengeluaran – pengeluaran lain agar
aktiva siap untuk digunakan.
Contoh.
Harga beli mesin, biaya pengangkutan mesin yang dibayar pembeli dan biaya
pemasangan mesin adalah bagian dari harga perolehan mesin yang dibeli.
1. TANAH.
Harga
perolehan tanah meliputi :
- Harga beli tunai tanah
- Biaya balik nama
- Komisi perantara
- Pajak atau pungutan lain yang harus
dibayar oleh pembeli
Contoh.
Harga tunai tanah adalah Rp. 5.000.000.
Pembeli setuju membayar Pajak Bumi dan bangunan Rp. 100.000 yang belum
dibayar oleh pemilik lama.
Jadi harga perolehan tanah adalah Rp.5.000.000 + Rp.
100.000 = Rp 5.100.000.
Semua pegeluaran lain yang diperlukan agar tanah siap digunakan yang sifatnya
permanen didebet ke rekening Tanah.
Seandainya tanah yang dibeli tidak rata, berbatu – batu
atau penuh tanaman liar, maka harga perolehan tanah akan meliputi juga
pengeluaran – pengeluaran untuk pembersihan dan perataan tanah.
Kadang – kadang di atas tanah yang dibeli terdapat bangunan yang tidak
diperlukan pembeli sehingga harus dibongkar, agar tanah dapat digunakan sesuai
dengan maksud pembeli. Dalam hal ini, pengeluaran untuk membongkar bangunan
dikurangi dengan hasil penjualan sisa bongkaran, harus juga dibebankan pada
rekening tanah.
Contoh :
Sebuah perusahaan membeli sebidang tanah dengan harga
tunai Rp. 100.000.000,-. Di atas
tanah tersebut ada sebuah gedung tua yang membutuhkan pengeluaran bersih untuk
membongkarnya Rp. 7.500.000,-.
Sisa – sisa pembongkaran dapat dijual Rp. 1.500.000,-
Biaya balik nama Rp. 1.000.000.
Komisi perantara Rp. 8.000.000.
Jadi harga perolehan tanah :
Harga Tunai
Tanah Rp. 100.000.000,-
Pembongkaran
Gedung tua ( bersih ) Rp. 6.000.000,-
Biaya Balik Nama Rp. 1.000.000,-
Komisi perantara Rp.
8.000.000,-+
Harga Perolehan Tanah Rp. 115.000.000,-
2. PERBAIKAN
TANAH
Harga
Perolehan Perbaikan Tanah : meliputi semua pengeluaran yang dilakukan sampai
perbaikan siap untuk digunakan sebagaimana dimaksud dengan perbaikan tersebut.
Contoh :
Harga Perolehan tempat
parkir :
Semua pengeluaran untuk
pengerasan dan pengaspalan, saluran air dan pembuatan fasilitas penerangan,
serta pemagaran di seputar wilayah tempat parkir.
Dalam hal ini,
pengeluaran – pengeluaran di atas didebet ke rekening Perbaikan Tanah bukan
rekening Tanah.
3. GEDUNG.
Semua
pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian atau pembangunan sebuah gedung
harus dibebankan pada rekening gedung.
Apabila gedung dimiliki
melalui pembelian, maka harga perolehan gedung meliputi harga tunai beli, biaya
notaris, komisi perantara.
Namun seandainya gedung
dibangun sendiri, harga perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk membuat
gedung, termasuk pembuatan saluran air dan listrik.
Contoh :
PT FGH membuat bangunan
untuk service dan cuci kendaraan, maka harga perolehan gedung meliputi :
-
harga kontrak bangunan ditambah biaya
perencanaan oleh arsitek.
-
Biaya untuk memperoleh IMB.
-
Pembuatan fasilitas pencucian
-
Selain itu, biaya bunga selama masa
pembangunan juga harus ditambahkan pada harga perolehan gedung, apabila :
a. Masa
pembangunan mencangkup periode waktu yang panjang.
b. Beban
bunga cukup besar jumlahnya.
4. PERALATAN.
Harga
perolehan peralatan terdiri dari :
- Harga beli tunai.
- Biaya pengangkutan, biaya asuransi
selama dalam pengangkutan yang dibayar oleh pembeli.
- Biaya
perakitan, pemasangan dan pengujian peralatan yang dibeli.
- Biaya balik nama.
Biaya
pajak kendaraan tahunan dan asuransi kecelakan tidak termasuk harga perolehan. Pembayaran
untuk perbaikan kerusakan dalam pengankutan dan biaya perakitan atau pemasngan
yang dipandang tidak diperlukan juga tidak termasuk harga perolehan melainkan
sebagai biaya atau kerugian.
Contoh.
PT ABC membeli truk dengan
harga tunai Rp 12.000.000,- Pajak pertambahan nilai Rp. 1.200.000,- Pengecatan
dan penulisan merek pada truk Rp. 500.000,-biaya balik nama Rp. 1.200.000,- Biaya
pengurusan STNK Rp. 250.000,- dan premi asuransi kecelakan yang dibayar dimuka
untuk 3 tahun Rp. 300.000,-
Harga perolehan truk :
Hargai Tunai Rp. 12.000.000,-
PPN Rp.
1.200.000,-
Pengecatan dan merk Rp. 500.000,-
Bea Balik Nama Rp. 1.200.000,-+
Harga Perolehan Truk Rp. 14.900.000,-
Pengeluaran
untuk pengurusan STNK dan pembayaran asuransi kecelakan yang dibayar dimuka,
tidak termasuk dalam harga perolehan.
Jurnalnya : Untuk
mencatat pembelian truk dan pengeluaran lain untuk truk.
Truk 14.900.000,-
Pajak kendaraan 250.000,-
Asuransi Dibayar dimuka 600.000,-
Kas 15.750.000,-
Contoh lain.
PT DFG membeli mesin
pabrik dengan harga tunai Rp. 50.000.000,- PPN Rp. 3.000.000,- premi
asuransi kecelakan dalam pengangkutan Rp. 500.000,- Pemasangan dan pengujian
Rp. 1.000.000,- Biaya reparasi karena terjadi kesalahan dalam pemasangan Rp.
400.000,-
Harga perolehan mesin :
Harga Tunai beli Rp.
50.000.000,-
PPN Rp. 3.000.000,-
Asuransi Pengangkutan Rp. 500.000,-
Pemasangan dan pengujian Rp. 1.000.000,-+
Harga perolehan mesin Rp. 54.500.000,-
Biaya reparasi karena terjadi kesalahan dalam pemasangan
tidak termasuk dalam harga perolehan. Jadi jurnalnya. :
Mesin pabrik Rp.
54.500.000.
Kerugian Pemasangan mesin Rp. 400.000.
Kas Rp.
54.900.000.
2.4 Konsep Depresiasi
Depresiasi
adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama
masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematik.
Metode – metode
Depresiasi :
1.
Garis Lurus
2.
Saldo Menurun
3.
Jumlah angka – angka tahun
4.
Satuan Kegiatan
Depresiasi periodik
didasarkan pada :
- Harga perolehan
- Nilai
residu / nilai sisa adalah taksiran nilai tunai aktiva pada akhir masa
manfaat aktiva tersebut.
- Masa manfaat / umur aktiva adalah jangka waktu pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan.
Contoh :
Sebuah truk yang dibeli PT ABC pada tanggal 1 Januari 1990.
Harga perolehan Rp.
13.000.000,-
Taksiran nilai residu Rp. 1.000.000,-
Taksiran masa manfaat 5
Tahun
Taksiran satuan hasil 100.000 km
1. METODE
GARIS LURUS
Dalam metode ini, beban depresiasi periodik sepanjang
masa pemakaian aktiva sama besarnya.
Rumusnya :
|
Harga perolehan yang didepresiasi adalah harga perolehan dikurangi dengan
nilai residu.
Rp 12.000.000,- : 5 = Rp 2.400.000,-
Depresiasi bisa juga dinyatakan dalam bentuk tarif deprsesiasi pertahun.
Dalam contoh di atas, tarif depresiasi per tahun adalah 20 % ( 100 % : 5 ).
|
Perhitungan
Akhir Tahun
|
||||
Tahun
|
Harga Perolehan
X Tarif = Biaya
Depresiasi Akumulasi Nilai
Didepresiai Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
|
20 %
20%
20%
20%
20%
|
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
|
2.400.000
4.800.000
7.200.000
9.600.000
12.000.000
|
10.600.000 *) 8.200.000
5.800.000
3.400.000
1.000.000
|
*) 13.000.000 –
2.400.000 = 10.600.000.
2.
METODE SALDO MENURUN
Pada
metode ini, biaya depresiasi dari tahun ketahun semakin menurun, karena
perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku ( harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) aktiva yang semakin menurun
dari tahun ke tahun.
Biaya depresiasi
pertahun dihitung dengan cara mengalikan nilai buku aktiva pada awal tahun
dengan tarif depresiasi.
Tarif depresiasinya adalah tarif metode garis lurus dikalikan dua.
|
Perhitungan
Akhir Tahun
|
||||
Tahun
|
Harga Perolehan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai
Didepresiai Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
13.000.000
7.800.000
4.680.000
2.808.000
1.685.000
|
40 %
40%
40%
40%
40%
|
5.200.000
3.120.000
1.872.000
1.123.000
685.000 *)
|
5.200.000
8.832.000
10.192.000
11.315.000
12.000.000
|
7.800.000
4.680.000
2.808.000
1.685.000
1.000.000
|
*) 1.685.000 X 40 % =
674.000 dibulatkan menjadi 685.000.
3.
METODE JUMLAH ANGKA – ANGKA TAHUN
Dalam
metode ini tarif depresiasi didasarkan pada suatu pecahan yang :
a.
Pembilangnya adalah tahun – tahun
pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun
b.
Penyebutnya adalah jumlah tahun – tahun
sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian terakhir
Untuk
aktiva yang ditaksir berumur ekonomis 5 tahun, maka jumlah angka tahunnya
adalah 15 ( 1 + 2 + 3 + 4 + 5 ).
|
Perhitungan
Akhir Tahun
|
||||
Tahun
|
Harga Perolehan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai
Didepresiai Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
|
5/15
4/15
3/15
2/15
1/15
|
4.000.000
3.200.000
2.400.000
1.600.000
800.000
|
4.000.000
7.200.000
9.600.000
11.200.000
12.000.000
|
9.000.000 *)
5.800.000
3.400.000
1.800.000
1.000.000
|
*) 13.000.000 –
4.000.000 = 9.000.000
4.
METODE SATUAN HASIL
Dalam
metode ini, masa pemakaian aktiva tidak dinyatakan dengan jangka waktu,
melainkan dengan jumlah satuan ( unit ) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang
bersangkutan.
Contoh.
Truk yang dibeli PT ABC
diperkirakan akan dapat digunakan sejauh 100.000 km. Pada tahun pertama truk
digunakan 15.000 km, tahun kedua 30.000 km, tahun ketiga 20.000 km, tahun ke
empat 25.000, tahun ke lima 10.000 km.
Rumus :
Harga perolehan
didpresiasi : Jumlah Satuan Kegiatan = Biaya Depresiasi persatuan
12.000.000 : 100 = 120
|
Perhitungan Akhir Tahun
|
||||
Tahun
|
Satuan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai
Hasil Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku
|
||||
1990
1991
1992
1993
1994
|
15.000
30.000
20.000
25.000
10.000
|
120
120
120
120
120
|
1.800.000
3.600.000
2.400.000
3.000.000
1.200.000
|
1.800.000
5.400.000
7.800.000
10.800.000
12.000.000
|
11.200.000 *)
7.600.000
5.200.000
2.200.000
1.000.000
|
*) 13.000.000 –
1.800.000 = 11.200.000
2.5 Pengeluaran
Selama Masa Pemakaian Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha
perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumiahnya kecil
jika reparasinya biasa, dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Biaya
pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar
tetap dalam kondisi yang baik, biaya seperti ini adalah biaya pembersihan,
pengecatan dan biaya lain yang serupa.
Yang dimaksudkan dengan penggantian adalah biaya yang
dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang
baru yang tipenya sama. Penggantian
biasanya terjadi karena aktiva lama sudah tidak layak pakai lagi.
3. Perbaikan
Yang dimaksud dengan perbaikan adalah penggantian suatu
aktiva dengan aktiva yang baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar.
Perbaikan yang biayanya kecil dapat diperlakukan seperti reparasi biasa, tetapi
perbaikan yang memakan biaya yang besar dicatat sebagai aktiva baru. Aktiva
lama yang diganti dan akumulasi depresiasinya dihapuskan dari
rekening-rekeningnya.
Yang dimaksud dengan penambahan adalah memperbesar atau
memperluas fasilitas suatu aktiva. Apabila alat tambahan itu dipasang menjadi
satu dengan mesin maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang
alat itu merupakan suatu penambahan. Biaya-biaya yang timbul dalam penambahan
dikapitalisasi menambah harga perolehan aktiva dan didepresiasi selama umur
ekonomisnya.
5. Penyusunan Kembali Aktiva Tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali
aktiva atau perubahan rute produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi, jika
jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih
dari satu periode akuntansi maka harus dikapitalisasi. Biaya-biaya semacam itu
dikapitalisasi sebagai biaya dibayar dimuka atau beban ditangguhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aktiva tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang
berperan penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aktiva tetap biasanya
menyangkut jumlah dana yang sangat besar
dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aktiva tetap adalah yang terbesar
dibandingkan jenis aktiva lainnya.
Jenis aktiva tetap di setiap perusahaan berbeda-beda, hal
ini disebabkan karena perbedaan jenis kegiatan operasional yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut. Secara umum, menurut Kieso, dkk (2004) penggolongan aktiva
tetap didasarkan pada beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Dari sudut pandang substansinya, terdiri dari: Aktiva Berwujud (Tangible
Assets) dan Aktiva Tak Berwujud
(Intangible Assets)
2. Dari sudut pandang penyusutannya, terdiri dari: Aktiva Tetap yang
Disusutkan (Depreciated Plant Asset) dan Aktiva Tetap yang Tidak Disusutkan
(Undepreciated Plant Asset).
3. Dari sudut pandang umurnya, terdiri dari: Aktiva tetap berwujud yang
umur atau masa kegunaannya tidak terbatas, Aktiva tetap berwujud yang umur atau
masa kegunaannya terbatas dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa
kegunaannya telah berakhir serta Aktiva berwujud yang umur atau masa
kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila
masa kegunaannya sudah habis.
Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan
aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan
sistematik.
Metode – metode Depresiasi yaitu
metode Garis Lurus, metode Saldo Menurun, metode Jumlah angka – angka tahun dan
metode Satuan Kegiatan.
Pengeluaran Selama Masa Pemakaian Aktiva Tetap dapat
dikelompokkan menjadi reparasi dan pemeliharaan, penggantian, perbaikan,
penambahan dan penyusunan kembali aktiva tetap.
3.2 Saran
Masalah
pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena mempengaruhi
laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode
penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi
perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap
periode akuntansi. Yang perlu diingat bahwa manajemen dapat memilih satu
atau lebih metode yang dianggap paling sesuai. Dan bila sudah menetapkan satu
metode, harus ditetapkan secara konsisten, sepanjang masa penggunaan aktiva
yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari periode ke periode dapat
diperbandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
David P. Arda, Modul Kuliah Pengantar Akuntansi II, Program Kelas Karyawan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Mercubuana, 2008
0 komentar:
Posting Komentar