Dan akhirnya aku pun tetap berlari. Menembus pembatas-pembatas
mimpi, yang sebetulnya kuciptakan sendiri. Aku berlari, menyongsong
mimpi, menjemput kebahagiaan. Tak peduli jika akhirnya sepatuku rusak.
Tak berhenti walaupun aku terjatuh dan merasa sakit. Mataku hanya
tertuju pada gumpalan-gumpalan harapan yang ada di depan.
Aku harus berlari. Aku hanya bisa berlari. Sayup-sayup terdengar
denting-denting melodi merdu. Melodi yang kekal, namun hadir tanpa
lantun.
0 komentar:
Posting Komentar