MAKALAH
Laporan
Rugi Laba dan Laba Ditahan
Neraca
dan Laporan Arus Kas
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I
Dosen Pembimbing
Rudi Abdullah, S.E, M.M, Ak
DISUSUN
OLEH
Kelompok II
ASMAWATI
(101201039)
LA ANGKA
(101201040)
Y E N I
(101201037)
FITRIANI
(101201042)
ASMAWATI
(101201039)
LA ANGKA
(101201040)
Y E N I
(101201037)
FITRIANI
(101201042)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di suatu akhir periode
akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Pengukuran
laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting
juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan
investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak
seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom,
fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259).
Ada dua media pelaporan yang
digunakan untuk melaporkan hasil aktivitas perusahaan yaitu Laporan Rugi Laba
dan Laporan Laba Ditahan. Laporan Laba Ditahan dapat disajikan terpisah dari
Laporan Rugi Laba, dapat juga disajikan sebagai bagian dari Laporan Rugi Laba.
Laporan Laba Ditahan dapat juga disajikan di dalam Laporan Perubahan Modal,
dimana perubahan laba yang ditahan
termasuk di dalamnya. Dalam hal yang terakhir Laporan Laba Ditahan secara
tersendiri sudah tidak diperlukan. Laporan Rugi Laba dan Laporan Laba Ditahan
merupakan laporan atas aktivitas perusahaan selama satu periode akuntansi,
berbeda dengan neraca yang memberikan informasi tentang aktiva dan hutang
perusahaan pada waktu tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1.
Pengertian, elemen serta bentuk
laporan rugi laba
2. Penyajian pos tidak biasa
3. Laporan Laba Ditahan
4. Pengertian dan elemen neraca
5. Laporan Arus Kas
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya
makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian, elemen serta bentuk laporan rugi laba
2. Mengetahui penyajian pos tidak biasa
3. Mengetahui
Laporan Laba Ditahan
4. Mengetahui pengertian dan elemen neraca
5. Mengetahui Laporan Arus Kas
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis
menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Laporan Rugi Laba
Pengertian Laporan Rugi-Laba
menurut Henri Simamora dalam buku “Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis” adalah:
“Laporan
Rugi-Laba adalah Laporan keuangan resmi yang menerangkan kegiatan-kegiatan
operasi (Pendapatan dan Biaya) selama periode tertentu,
biasanya satu bulan atau satu tahun.” (2002:22)
Sedangkan
pengertian laporan Rugi-Laba menurut Dwi
Prastowo dan Rifka Julianty
dalam buku “Analisa Laporan
Keuangan;Konsep dan Aplikasi” sebagai berikut:
“Laporan
Keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan
dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.” (2002 : 18)
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam
buku “Analisa Laporan Keuangan; Konsep
dan Aplikasi” untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi
perusahaan, dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, Laporan Rugi-Laba mempunyai dua
unsur yaitu:
a. Penghasilan (income)
b.
Beban (expense).”
(2002
: 20)
Dalam laporan rugi laba ada sejumlah
elemen atau istilah yang melekat secara umum. Elemen ini tercatat dalam laporan
rugi laba perusahaan. Antara lain:
a. Pendapatan
(Revenue)
Pendapatan adalah aliran masuk
atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya, bisa
merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain
yang merupakan kegiatan perusahaan.
b.
Beban
(expense)
Beban adalah aliran keluar
atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang, bisa merupakan kombinasi
keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi
barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang
merupakan kegiatan perusahaan.
c.
Laba
(Profit)
Laba adalah kenaikan modal
atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan
transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu
kecuali kenaikan modal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik,
seperti pada laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
d. Rugi
(Loss)
Rugi adalah penurunan modal
atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan
transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu
kecuali yang timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada
rugi penjualan surat berharga.
2.2
Bentuk Laporan Rugi Laba
Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) Laporan Rugi Laba dalam penyajiannya dibagi
menjadi dua bentuk yaitu :
1. Bentuk
Single Step
Laporan R/L
bentuk ini sering disebut laporan langsung. Dengan kata lain adalah laporan
rugi laba yang menggabungkan seluruh pendapatan dan beban perusahaan menjadi
satu kelompok, baik pendapatan dan beban
operasional maupun non operasional. Tahapan penyusunan laporan ini ada tiga,
yaitu :
a. rincian semua pendapatan
operasional dan non operasional
b. rincian semua beban operasional
dan non operasional
c. selisih semua pendapatan dan
beban. Ditemukanlah angka/jumlah yang menunjukkan laba atau rugi
2.
Bentuk Multiple Step
Bentuk ini juga disebut bentuk
bertahap yaitu bentuk laporan rugi-laba yang unsur pendapatan maupun beban
dipisahkan atas dasar operasional dan non operasional. Cara penyusunannya
adalah sebagai berikut :
a. Bagian pertama adalah perincian pendapatan
operasional
b. Bagian kedua adalah perincian beban
operasional
c. Bagian ketiga adalah perincian pendapatan maupun
beban non operasional
d. Bagian terakhir untuk mencari saldo rugi –
laba bersih.
2.3 Penyajian Pos Tidak Biasa
Pos – Pos tidak biasa adalah laba atau rugi dari transaksi – transaksi
yang jarang dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya:
-
laba atau rugi dari penjualan aktiva tetap
-
kerugian akibat gempa bumi,kebakaran atau banjir
Untuk menyajikan pos luar biasa seperti kebakaran, gempa, dan sebagainya perusahaan dapat menganut salah satu dari dua perlakuan berikut ini:
a. CURRENT OPERATING PERFORMANCE
Pencatatan kerugian dari pos tidak biasa tidak
boleh disajikan dalam laporan laba rugi melainkan disajikan dalam laporan laba
ditahan atau laporan perubahan modal maka laporan laba rugi hanya menentukan
hasil dari operasi normal periode tersebut.
b. ALL INCLUSIVE
Pencatatan kerugian dari pos luar biasa tersebut
dapat disajikan dalam laporan laba rugi, sedangkan dalam laporan laba yang
ditahan hanya berisi net income yang ditransfer dari laporan
rugi laba deklarasi (pembayaran dividend), penyisihan dari laba (appropriation of retained earning)
Berdasarkan pendekatan modified all inclusive concept,
perusahaan dapat melaporkan irregular items sebagai bagian dari net
income-nya. Salah satu irregular items adalah pos luar biasa (extraordinary
items).
2.4 Penyajian Pos Tidak Biasa
Laba atau
rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang
masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi, yaitu :
(a) Laba atau rugi dari aktivitas normal; dan
(b) Pos luar biasa
Penyajian Pos Luar Biasa dalam laporan
rugi laba perusahaan diatur berdasarkan PSAK No. 25 mengenai Laba atau Rugi
Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi Paragraf 10-14.
Sebenarnya semua unsur pendapatan dan
beban yang tercakup dalam perhitungan rugi laba bersih untuk periode tertentu
timbul dari aktivitas normal perusahaan tersebut. Karenanya, jarang sekali
suatu kejadian atau transaksi menimbulkan pos luar biasa
Apakah suatu kejadian atau transaksi
secara jelas berbeda dengan aktivitas normal suatu perusahaan ditentukan oleh
hakikat dari kejadian atau transaksi tersebut sehubungan dengan usaha yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, suatu kejadian
atau transaksi mungkin luar biasa bagi satu perusahaan, namun tidak luar biasa
bagi perusahaan lain, karena perbedaan-perbedaan aktivitas normal masing-masing
perusahaan. Sebagai contoh, kerugian karena gempa bumi pada kebanyakan
perusahaan dapat dianggap sebagai kerugian luar biasa. Akan tetapi, tuntutan
ganti rugi oleh pemegang polis asuransi kerugian karena gempa bumi tidak dapat
dianggap sebagai pos luar biasa untuk perusahaan asuransi yang menanggung kerugian
tersebut.
Suatu kejadian atau transaksi dapat
diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria berikut :
(a) Bersifat tidak normal; kejadian atau transaksi yang bersangkutan
memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan
kegiatan normal perusahaan
(b) Tidak sering terjadi; kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak
sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.
Penerapan kedua kriteria di atas harus
dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta
faktor geografis perusahaan. Bila hanya salah satu kriteria tersebut terpenuhi,
maka transaksi atau kejadian tersebut dikelompokkan sebagai penghasilan atau
beban lain-lain.
Contoh kejadian atau transaksi yang pada
umumnya menimbulkan kerugian luar biasa bagi perusahaan adalah kerugian sebagai
akibat gempa bumi, kebakaran, atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi
dengan klaim asuransi, jika ada, disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam
laporan laba rugi.
Pos luar biasa dalam laporan laba rugi
disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Hakikat
dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari pengelompokan kejadian atau
transaksi tersebut sebagai pos luar biasa harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan tetap dapat
melakukan evaluasi mengenai kinerja perusahaan yang berasal dari kegiatan
normal selama periode tersebut sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar
biasa terhadap perhitungan laba rugi perusahaan untuk periode yang
bersangkutan.
Ilustrasi penyajian Pos Luar Biasa dalam
laporan laba rugi perusahan sebagai berikut :
PT ABC - Laporan Laba Rugi
PENDAPATAN USAHA
|
xxxxxxxx
|
BEBAN POKOK PENJUALAN
|
(xxxxxxx)
|
LABA KOTOR
|
xxxxxxx
|
BEBAN USAHA
|
(xxxxxxx)
|
LABA USAHA
|
xxxxxxx
|
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
|
xxxxxxx
|
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
|
xxxxxxx
|
BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK
PENGHASILAN
|
|
Periode Berjalan
|
xxxxxxx
|
Tangguhan
|
xxxxxxx
|
LABA DARI AKTIVITAS NORMAL
|
xxxxxxx
|
POS LUAR BIASA
|
xxxxxxx
|
LABA BERSIH
|
xxxxxxx
|
2.5 Laporan Laba Ditahan
Laba ditahan ( retained earning
) merupakan laba bersih yang tidak didistribusikan kepada para pemegang saham.
Maksud laba yang ditahan (retained
earning) menurut pendapat Martono dan
Agus Harjito (2005:201) yaitu “Laba
yang tidak dibagi”.
Ada beberapa unsur yang
mempengaruhi (faktor) perubahan laba ditahan, antara lain:
- adanya laba bersih (net income) atau rugi bersih ( net loss)
- adanya penyesuaian periode sebelumnya ( prior period adjusment) dan perubahan kebijakan akuntansi ( change in accounting policy)
- adanya deviden ( cash devicend, stock devidend, property dividend dan scrip dividend)
- adanya transaksi atas treasury stock
- adanya penyesuaian akibat quasi reorganization
Laporan laba ditahan berisikan
informasi mengenai perubahan laba ditahan perusahaan yang menyebabkan
terjadinya perubahan modal sendiri perusahaan. Perhitungan laba ditahan adalah
laba bersih dikurangi deviden yang dibagikan. Laba ditahan diinvestasikan
kembali dengan harapan peningkatan laba perusahaan pada tahun mendatang.
Laporan ini digunakan investor untuk menilai usulan kebijakan manajemen
perusahaan mengenai deviden. Pembagian deviden yang merupakan hak pemegang
saham yang diatur dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) biasanya tidak
dibagikan seluruhnya, tetapi sebagian digunakan kembali untuk berinvestasi.
Sebagian yang digunakan untuk berinvestasi inilah menjadi laba ditahan
perusahaan. Semakin besar laba ditahan perusahaan akan semakin besar aset
perusahaan, dan dapat dikatakan perusahaan tersebut “sehat”.
2.6 Neraca (Balance
Sheet)
Neraca
adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta
modal suatu perusahaan pada saat tertentu. Menurut Smith dan Skousen (2007, hal
152): “ Neraca merupakan laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya
perusahaan (aktiva), hutangnya (kewajiban), dan klaim kepemilikan terhadap
sumber daya (equitas pemilik)”.
Menurut
IAI (2009), Neraca menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang terdiri dari
aset, kewajiban dan modal perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
Neraca
dapat disusun dalam dua bentuk yaitu bentuk T (T form) dan bentuk L (L form).
Di dalam bentuk T form semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kiri
neraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal ditempatkan
pada sisi kanan neraca dengan judul passiva (
liabilities and stockholder’s equity). Dalam bentuk L form, semua harta
perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan modal
ditempatkan pada bagian bawah neraca.
Dari
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa neraca terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu aset, kewajiban dan ekuitas.
A. Aset
Menurut IAI (2009, h9)
mendefinisikan aset sebagai sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan.
Mengacu
pada pendapat Munawir (2004) aset dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian
utama, yaitu:
a.
Aset
lancar
Munawir (2004, h14)
menyatakan aset adalah uang kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat
dicairkan, ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau digunakan periode pada
berikutnya paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan
yang normal.
b. Aset tidak
lancar (aset tetap)
Munawir (2004, h16)
menyatakan aset tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari
satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan.
B. Kewajiban
Menurut
IAI (2009, h9) mendefinisikan kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
Kewajiban
menurut Munawir (2004, h18-19) terbagi menjadi dua bagian, yaitu kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban
jangka pendek
adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasan atau pembayarannya dilakukan dalam jangka
pendek yaitu satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan.
b. Kewajiban
jangka panjang
Adalah kewajiban
keuangan yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca yang meliputi hutang obligasi, hutang hipotek dan pinjaman jangka
panjang yang lain.
C. Ekuitas
IAI
(2009, h9) menyatakan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban.
2.7 Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Laporan arus kas sering juga disebut
sebagai laporan sumber dan penggunaan dana.
Warent, et.al (1996, hal 20) menyatakan bahwa:
“ Laporan arus kas adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan
pembayaran kas dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. “
Sedangkan
menurut Helfert (2003, hal 23) :
“ Laporan arus kas adalah laporan yang memperlihatkan hasil – hasil
operasi selama periode serta perubahan yang terjadi dalam neraca”.
Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164),
laporan arus kas dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
a. Aktivitas Operasional (Operating)
Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang
tidak termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara
lebih jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan opersional meliputi arus kas
dari kegiatan produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari
kegiatan operasi adalah arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang
ikut menentukan laba bersih.
b.
Aktivitas Investasi ( Investing)
Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang,
pengembalian persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta
penjualan equitas dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan
peralatan serta aktiva-aktiva produktif lainnya yaitu aktiva yang digunakan
oleh perusahaan untuk melakukan produksi barang dan jasa.
c. Aktivitas Pendanaan atau pembiayaan ( Financing)
Adalah kelompok yang meliputi
perolehan sumber daya dari para pemilik dan pemberian hasil atas investasi yang
telah dilakukan, peminjaman, serta pembayan kembali hutang oleh pemiliknya atau
sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan kepada pemilik, dan perolehan
serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari pembiayaan jangka
panjang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban
perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Dalam laporan rugi laba ada sejumlah elemen atau istilah yang melekat
secara umum. Elemen ini
tercatat dalam laporan rugi laba perusahaan. Antara lain Pendapatan, Beban,
Laba dan Rugi.
Untuk menyajikan pos luar biasa seperti kebakaran, gempa, dan sebagainya
perusahaan dapat menganut salah satu dari dua perlakuan yaitu Current Operating Performance dan All Inclusive. Perusahaan juga dapat
menggunakan pendekatan modified all inclusive concept, perusahaan
dapat melaporkan irregular items sebagai bagian dari net income-nya.
Salah satu irregular items adalah pos luar biasa (extraordinary
items).
Suatu kejadian atau transaksi dapat
diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria yaitu bersifat
tidak normal dan tidak sering terjadi. Penerapan kedua kriteria di atas harus
dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta
faktor geografis perusahaan.
Laba ditahan ( retained earning ) merupakan laba bersih yang tidak didistribusikan
kepada para pemegang saham.
Neraca adalah suatu laporan
yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta modal suatu perusahaan
pada saat tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aset,
kewajiban dan ekuitas.
Laporan arus kas adalah suatu
ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu perusahaan dalam
jangka waktu tertentu.
Dalam penyajiannya laporan
arus kas dibagi dalam tiga kelompok yaitu aktivitas operasi, aktivitas
inventasi dan aktivitas pendanaan.
3.2 Saran
Untuk mempermudah keinginan
perusahaan yaitu memperoleh laba semaksimal mungkin maka perusahaan perlu
membuat laporan rugi laba, karena dengan membuat laporan rugi laba, maka
perusahaan dapat mengevaluasi perkembangan dari perusahaan.
Laporan arus kas ini penting sekali agar kita
bisa paham posisi keuangan dalam kondisi yang sebenarnya, yaitu perputaran uang
yang sesungguhnya, bukan posisi keuangan dalam pos akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, SE, MM, AK dan Abu Bakar Arif, SE, MM,
2003, Akuntansi Keuangan Dasar 2, Grasindo:Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), 2009. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Salemba Empat:Jakarta.
Zaki Baridwan. 2000. “Intermediate Accounting”. Yogyakarta: BPFE
.
Prastowo, Dwi dan
Julianty Rika, 2002. Analisa Laporan
Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. PP. AMP
YKPN: Yogyakarta.
2 komentar:
Thanks sob artikelnya, cek juga sob aplikasi akuntansi geratis buatan anak Indonesia di kiper.co.id
Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
hingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009
Posting Komentar